3 Kesalahan Fatal yang Bikin Gagal di Wawancara BUMN

Wawancara kerja di BUMN sering kali menjadi momen penentu dalam proses rekrutmen yang kompetitif. Ribuan pelamar bersaing untuk posisi yang terbatas, dan hanya sedikit yang berhasil melangkah ke tahap akhir. Menariknya, kegagalan bukan selalu karena kurangnya kemampuan atau pengalaman—melainkan karena kesalahan sepele yang sering disepelekan.

Jika kamu sedang mempersiapkan diri menghadapi wawancara di BUMN, artikel ini wajib kamu baca. Kami rangkum 3 kesalahan fatal yang sering dilakukan kandidat dan justru menjadi penyebab utama mereka gagal lolos. Hindari jebakan ini, dan tingkatkan peluangmu untuk bergabung dengan salah satu institusi strategis milik negara.

1. Kurang Riset tentang BUMN yang Dilamar

Salah satu kesalahan paling umum namun sering diremehkan adalah datang ke wawancara tanpa memahami secara mendalam tentang perusahaan yang dilamar. Banyak kandidat hanya tahu nama besar BUMN-nya saja, tanpa bisa menjelaskan apa visi dan misinya, bergerak di bidang apa, atau bagaimana peran strategisnya dalam perekonomian nasional. Bahkan, tak sedikit yang tidak mengetahui isu atau proyek terbaru yang sedang dijalankan perusahaan tersebut.

📉Dampaknya:
Pewawancara akan menangkap sinyal bahwa kamu tidak benar-benar serius ingin bergabung. Kurangnya riset menunjukkan minimnya inisiatif, rasa ingin tahu, dan ketidaksiapan untuk berkontribusi secara strategis.

Solusinya:
Luangkan waktu untuk menggali informasi tentang BUMN yang kamu lamar. Buka situs resmi mereka, baca laporan tahunan, telusuri pemberitaan terkini, dan perhatikan aktivitas media sosialnya. Pahami visi-misi, lini bisnis, proyek unggulan, serta tantangan yang sedang mereka hadapi.

Baca juga: Menggali Potensi BUMN : Peluang dan Tantangan di Masa Depan

2. Jawaban Klise dan Tidak Spesifik

Di setiap wawancara, kamu pasti akan ditanya tentang kelebihan, tantangan yang pernah dihadapi, atau cara kamu bekerja dalam tim. Sayangnya, banyak kandidat menjawab dengan pernyataan umum seperti, “Saya suka tantangan”, “Saya orang yang pekerja keras”, atau “Saya terbiasa kerja di bawah tekanan”—tanpa menyertakan bukti atau pengalaman konkret.

📉Dampaknya:
Jawaban seperti ini terdengar klise dan generik. Pewawancara akan sulit menilai apakah kamu benar-benar memiliki kualitas tersebut atau hanya mengulang apa yang sering kamu baca di internet. Tanpa bukti nyata, kamu akan terlihat sama seperti kandidat lainnya—tidak ada nilai pembeda.

Solusinya:
Gunakan metodeSTAR (Situation, Task, Action, Result) saat menjawab. Ceritakan situasi yang pernah kamu hadapi, tugas yang menjadi tanggung jawabmu, langkah konkret yang kamu ambil, dan hasil dari tindakanmu tersebut. Pendekatan ini membuat jawabanmu lebih terstruktur, autentik, dan meyakinkan—serta menunjukkan kompetensimu secara nyata, bukan sekadar klaim.

3. Tidak Menunjukkan Nilai Kebangsaan dan Loyalitas

BUMN bukan hanya perusahaan biasa—mereka adalah perpanjangan tangan negara dalam menjalankan fungsi strategis di berbagai sektor, mulai dari energi, transportasi, keuangan, hingga pangan. Maka, ketika melamar ke BUMN, yang dinilai bukan hanya seberapa cerdas atau kompeten kamu, tapi juga seberapa besar rasa nasionalisme dan loyalitasmu terhadap peran negara.

📉Dampaknya:
Jika kamu terlalu fokus pada gaji, tunjangan, atau benefit pribadi saat wawancara—tanpa menunjukkan keinginan untuk berkontribusi bagi bangsa—pewawancara bisa menilai kamu kurang memilikisense of purpose. Kandidat seperti ini sering dianggap tidak sejalan dengan semangat pengabdian dan integritas yang dijunjung tinggi oleh BUMN.

Solusinya:
Tunjukkan bahwa kamu melihat BUMN bukan hanya sebagai tempat bekerja, tapi juga sebagai wadah untuk berkontribusi pada pembangunan nasional. Kaitkan kemampuan dan pengalaman kamu dengan peran strategis BUMN dalam memajukan negara. Misalnya, jika kamu melamar di BUMN energi, tunjukkan bahwa kamu ingin ikut mendorong transisi energi bersih demi masa depan Indonesia yang berkelanjutan.

BUMN

Leave a Reply